Raja-raja jaman dahulu sebagian besar bersifat sentralistik, dalam segala aspek kehidupan mengacu kepada kekuasaan tunggal yaitu Sang Maharaja. Setiap Kadipaten diwajibkan memberikan upeti kepada kerajaan, jangan coba-coba menolak membayar upeti ini kalau tidak mau diserbu dan dimusnahkan. Kehidupan Sang Raja menjadi perhatian utama para kawula saat itu, hingga tempat pemakakannya pun sudah dipersiapkan jauh-jauh hari waktu sang raja masih hidup.
Kemudian perjalanan dilanjutkan kearah makam dengan didampingi oleh salah seorang pemandu wisata yaitu Pak Slamet. Setelah pintu masuk disebelah kiri ada bangunan masjid yang cukup megah. Masjid ini biasa digunakan untuk mensholatkan jenazah para Raja sebelum dibawa keatas bukit untuk dimakamkan. Ketika melihat keatas sempat terbayang pegalnya kaki ini yang akan menaiki tangga sejumlah 454 tangga. Malahan 454 tangga ini biasa dilalui naik turun oleh para Pemandu Wisata tiap hari 3-4 kali. Ketika ditanya,"apa tidak capai Pak Slamet,"beliau menjawab,"Insya Allah tidak karena mendapat berkah dari Sang Sultan,". Perlahan-lahan namun pasti kami menaiki tangga tersebut walaupun napas sedikit ngos-ngosan. Karena tangga-tangga tersebut berukuran lebar, kurang lebih 4 meter dan dilapisi semen beton disertai tiupan angin sore yang semilir menjadi tak terasa menaiki tangga tersebut. Setelah melewati 454 tangga kemudian kita baru masuk pintu ke II, di pintu II ini ada 3 bangsal; yang pertama adalah Bangsal Sapit Urang-bangsal yang dipergunakan oleh para abdi dalem keraton Jogja; yang kedua adalah Bangsal Hamengkubuwono untuk para Bangsawan Jogja; dan yang ketiga adalah Bangsal Pakubuwono untuk para Bangsawan dari Keraton Solo. Seperti kita ketahui bahwasannya pada masa Amangkurat V ( 1677 ) Mataram mengalami perpecahan dan akhirnya dibuatlah Perjanjian Giyanti yang membelah Mataram jadi II, yaitu Kasunanan Pakubuwono ( Solo ) dan Kasunanan Hamengkubuwono ( Jogja ).
| ||
Menarik sekali memang kalau kita menengok sejarah masa lalu, apalagi kalau yang menyangkut harta, tahta dan wanita. demikian juga makam Imogiri yang dapat memberikan gambaran kepada kita semua tentang Raja-Raja Mataram zaman dulu sampai sekarang. Salah satu rahasia umum para Raja dan Penguasa zaman dulu adalah jumlah istri dan selir yang mencapai puluhan. Namun hukum-hukum dan peraturan kerajaan yang ada sekarang tentunya sudah disesuaikan dengan menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan.
0 komentar:
Posting Komentar